Mengetahui Umur Iklan & Buku Melalui Ejaan


Teman-teman loakers (baca: pencinta barang loak) yang budiman. Memahami usia sebuah buku atau iklan menjadi kepuasan sendiri bagi kita, terutama untuk yang mengkhususkan mencari dan mengkoleksi iklan atau buku periode tertentu.

Pengenalan umur/usia iklan melalui jenis ejaan yang dipakai menjadi metode sederhana dan paling efektif terutama saat kita di lapangan; di lapak loak atau di galeri antik. Bersyukur Indonesia pernah melakukan beberapa kali pergantian ejaan yang membuat kita mudah untuk memilah-milah umur buku dan iklan kuno. Berikut ejaan yang pernah digunakan di Indonesia:

Periode Buku/Iklan tahun 1901 s/d 17 Maret 1947

Ejaan Van Ophuijsen


Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan bahasa Indonesia yang pertama kali oleh Prof. Charles van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi gelar Sutan Makmur dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan mereka yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen ditulis dalam sebuah buku. Dalam kitab itu dimuat sistem ejaan Latin untuk bahasa Melayu di Indonesia.

Van Ophuijsen adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Ia pernah jadi inspektur sekolah di maktab perguruan Bukittinggi, Sumatera Barat, kemudian menjadi profesor bahasa Melayu di Universitas Leiden, Belanda. Setelah menerbitkan Kitab Logat Melajoe, van Ophuijsen kemudian menerbitkan Maleische Spraakkunst (1910). Buku ini kemudian diterjemahkan oleh T.W. Kamil dengan judul Tata Bahasa Melayu dan menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia.

Ciri-ciri Ejaan Van Ophuijsen

(1) Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.

(2) Huruf j untuk menuliskan kata-kata: jang, pajah, sajang, dsb.

(3) Huruf oe untuk menuliskan kata-kata: goeroe, itoe, oemoer, dsb.

(4) Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata: mamoer, akal, ta, pa, dsb

Contoh Iklan:



Periode Buku/Iklan tanggal 17 Maret 1947 s/d 23 Mei 1972

Edjaan Republik/Edjaan Soewandi


Ejaan Republik (edjaan republik) adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu.

Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.

Ciri-ciri Edjaan Republik/Edjaan Soewandi

(1) Huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroe → guru.

(2) Bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (') ditulis dengan 'k', seperti pada kata-kata: tak, pak, maklum, rakjat.

(3) Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti pada kata-kata: ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.

(4) Awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.

Contoh iklan:


Periode Buku/Iklan tanggal 23 Mei 1972 s/d Sekarang

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).

Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah".

Ciri-ciri Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

(1) Huruf 'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci

(2) Huruf'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak

(3) Huruf'j' menjadi 'y' : sajang → sayang

(4) Huruf'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk

(5) Huruf'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat

(6) Huruf'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir

(7) Awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Sekian dulu. Semoga Tutorial Loakers ini menambah wawasan kita terhadap barang loak, kuno, jadul dan unik. See You in Next Loakers Tutorial.

Notes:
Semua materi dalam blog ini dapat dikutip dan digunakan untuk kebutuhan Anda. Kios Loak Kang Apin akan sangat berterima kasih bila Anda mencatumkan sumber linknya. Sebagai bentuk terima kasih Kios Kang Apin akan memberikan diskon 5% untuk semua teman-teman blogger yang mencantumkan link dan membeli produk. Happy Learning and Happy Shopping.